I. Pengantar
Manusia pada
dasarnya hidup dan terikat oleh sesuatu yang berada di luar dirinya. Sesuatu
yang berada di luar dirinya itu dilihat sebagai kekuatan utama dalam realitas
manusia. Pengenalan akan kekuatan itu lahir dari intuisi manusia yang dialami
dalam realitas manusia itu sendiri. Dalam perkembangan selanjutnya manusia
memberi nama kepada kekuatan itu berdasarkan latar belakang budaya di mana
manusia tinggal, hidup dalam kebersamaan.
Manusia
yang berpikir pada dasarnya menyadari dirinya bahwa dirinya terbatas dan lemah.
Untuk mengatasi kelemahan dan keterbatasan tersebut perhatiannya terarah kepada
alam yang lain. Keterarahan kepada alam yang lain itu merupakan perwujudan
cita-cita menuju keutuhan, kesempurnanaa, dan kebahagiaan. Cara manusia untuk
mencapai cita-cita tersebut berbeda-beda pada setiap orang atau sekelompok
orang.[1]
Sebagaimana kelompok-kelompok
lainnya, Orang Dawan mempunyai cara tersendiri untuk mencapai suatu cita-cita
menuju hidup aman, damai, bahagia, adil, makmur dan sejahtera. Salah satu cara
untuk mewujudkan cita-cita tersebut adalah dengan menjalin relasi dengan Yang
Adikodrati. Penghayatan religius ini mendorong mereka untuk berpikir tentang
adanya Allah sebagai pengarah hidup menuju kebahagiaan.
Proses pengenalan Orang Dawan
tentang Allah cukup menarik bagi penulis sebagai salah satu putra daerah. Oleh
karena itu penulis ingin mengetahui lebih dalam bagaimana pengenalan akan Allah
yang dihidupi oleh para leluhur Orang Dawan sehingga hal itu bisa dapat diambil
hikmahnya.
II.
Paham Allah
dalam Masyarakat Timor (Dawan)
2.1. Matahari:
Dewa Mahakuasa
Dewa
Matahari dikenal sebagai penguasa langit dan hari. Etnis Dawan mempunyai
pandangan bahwa nama dewa-dewi terutama dewa tertinggi tidak boleh disebut atau
disapa dengan nama yang asli. Karena itu dewa ertinggi dan mahakuasadiberikan
nama yang tidak lain adalah sebuah atribut Uis
Neno. Kata Uis berasal dari kata Usif yang berarti raja, tuan, dan dewa. Kata Neno artinya matahari, langit, hari. Uis Neno bersinar atau berapi-api
seperti matahari yang merentangkan naungannya kepada seluruh umat manusia. Ia
menyebabkan penampakan di permukaan bumi untuk berubah dalam pergantian musim.
Ia menyediakan bagi manusia suatu lahan, memberi padi dan jagung serta menjaga
ksuburan tanah. Uis Neno juga disebut
sebagai Atetus, Amnit.[2]
Uis Neno adalah suatu realitas yang
sangat jauh, suci, keramat. Karena suci, mahatinggi dan keramat maka masyarakat
Dawan memberi penghormatan dan sembah. Menurut pemahaman orang Timor bahwa Allah mereka adalah Allah yang tidak berwajah
dan tidak bernama, tapi mempunyai kekuatan dan kekuasaan atas manusia. Atas
dasar ini orang Timor tidak mempunyai tradisi
patung sebagai idola mereka.
Kepercayaan
manusia begitu kuat bahwa matahari dan bulan serta bintang-bintang adalah
dewa-dewi tertinggi, tetapi yang paling berkuasa adalah matahari. Menurut cara
pikir orang Timor , matahari termasuk dalam
kategori jantan sedangkan bulan dan bintang dikategorikan sebagai betina. Bulan
adalah istri dari matahari dan bintang-bintang adalah adik lelakinya.
Penciptaan terjadi karena adanya hubungan intim antara matahari dengan bulan. Keduanya
suci dan karena itu keduanya dihormati dan disembah.
Dewa-dewi orang Timor
tidak hanya disembah dengan pemberian sesajian melainkan juga dengan pujian dan
syukur. Alasanya karena dengan demikian para dewa-dewi akan memberkati dan
melindungi manusia dalam bentuk pemberian hujan dan sinar matahari, kesuburan
dalam hidup berkeluarga dan pekerjaan, kesehatan dan keberhasilan serta
bimbingan.
Dalam
budaya masyarakat Dawan diwajibkan
kepada setiap keluarga memiliki tiang altar yang bercabang tiga (trisula).
Pertama tiang yang berukuran panjang dan tinggi yang ditanam ke dalam tanah
adalah Uis Neno Mnanu yang
melambangkan satu kesatuan antara makluk yang hidup di langit, di bumi dan di
dalam perut bumi. Ketiganya dilambangkan dalam batang tiang yang ditanam ke
dalam tanah. Kedua, tiang yang menjadi pemalang (gaya salib) adalah Uis Neno Pala yang melambangkan hubungan antara makluk hidup di
dunia yang tentunya diikat oleh hubungan dengan Uis Neno Mnanu.[3]
Pokok yang mendasari pembedaan Uis Neno ke dalam wujud-wujud yang
berbeda adalah pengakuan orang Dawan terhadap kenyataan Uis Neno adalah sangat jauh sekaligus dekat. Tugas Uis Neno Pala adalah penghantar doa-doa
kepada Uis Neno Mnanu yakni dewa
langit yang tertinggi.[4]
Masyarakat Dawan percaya akan satu
Tuhan yang memanifestasikan diri-Nya dalam berbagai dewa lain dengan tujuan
untuk menguasai dan menjaga kehidupan manusia dan dunia. Uis Neno adalah Ama Akubelan
Ma Abal-bal (Bapa Yang Mahatinggi dan Kekal). Masyarakat Dawan yakin bahwa
dalam realitas kehidupannya selalu dikelilingi oleh roh-roh dan
kekuatan-kekuatan yang tak kelihatan. Sebagai akibat dari pengalaman itu mereka
sering berkontak dengan roh-roh tersebut. Walaupun demikian, masyarakat Dawan
tetap percaya akan adanya Uis Neno sebagai
dewa tertinggi yang menduduki posisi sentral. Dia adalah penguasa tunggal.[5]
2.2. Atribut-Atribut Uis Neno
Sebagaimana suku bangsa lain, demikian
juga hal yang sama terdapat dalam
masyarakat Timor yang memiliki dewa teringgi
yang disebut Uis Neno. Namun nama Uis Neno sendiri adalah sebuah atribut
yang digunakan untuk menyebut nama tertinggi dewa mereka. Bangsa ini mempunyai
tradisi lain yakni tidak membiasakan diri untuk menyebut dewa tertinggi dengan
nama yang asli melainkan selalu menggunakan berbagai aribut.
- Apinat ma Aklahat
Artinya
“yang menyala dan membara”. Keduanya menunjuk kepada sifat dari matahari yang
adalah dewa tertinggi. Apinat berarti
“yang menyala, bersinar, bercahaya”
sedangkan Aklahat merupakan
peningkatan dari Apinat artinya “yang
membara dan menghanguskan”. Dewa matahari adalah dewa pertama yang menyala, bercahaya, menyinari,
menghangatkan, menyenangkan, lalu membara dan menghanguskan dan akhirnya bisa
terjadi kebakaran yang menyebabkan kematian.
- Amoet ma Apakaet
Artinya
“mencipta dan membentuk”. Dia-lah yang mempunyai untuk mencipta segala sesuatu.
Dia-lah pemberi tubuh jasmani, kemampuan rohani dan intelektual untuk bisa
hidup dan berkembang sebagai makluk yang sehat. Masyarakat Dawan yakin bahwa Uis neno adalah perencana dan pelaksana
pencipta yang tiada tandingannya di dunia. Karena itu, ciptaan-Nya tetap suci
dan Dia-lah pemilik sesungguhnya.
- Alikin ma apean
Artinya
“yang membuka jalan dan yang menghantar kepada kehidupan”. Di sini orang Dawan
mengakui fungsi dewa matahari sebagai orangtua yang memelihara benih kehidupan
hingga dilahirkan ke dunia.
- Afinit ma Anesit
Artinya
“yang melampaui dan melebihi segala sesuatu dalam ukuran tinggi dan isi”. Afinit artinya lebih panjang dan lebih
tinggi. Sedangkan Anesit juga
memiliki pengertian “lebih” yakni lebih banyak, lebih besar. Keduanya mempunyai
pengertian mengatasi dan melampaui segala sesuatu. Uis Neno adalah dewa tertinggi, yang menciptakan dirinya sendiri
dan berada di atas segala sesuatu.
- Ahaot ma Afatis
Atribut
ini dikenakan kepada Uis Neno untuk
mengungkapkan fungsi kebapaan dan keibuan. Ahaot
berarti dia yang memberi makan dan minum secara jasmani; yang bertanggung jawab
untuk pemenuhan kebutuhan jasmani. Sedangkan Afatis menunjuk kepada intensivitas kepedulian dewa tertinggi
kepada manusia baik dalam hal jasmani, rohani ataupun hal batiniah.
- Ane’ot ma Amafot
Artinya
“pelindung, pemberi arah, pemberi berkat dan rahmat”. Marahari sebagai dewa
tertinggi dapat memberi atau menahan sinarnya kepada manusia, yang berarti bisa
membawah berkat dan kehidupan, kutukan, kematian dan kegelapan. Berpedoman pada
dasar kepercayaan tradisional orang Dawan inilah maka dewa tertinggi memberi
kepada manusia kebaikan dan kejahatan, terang dan gelap, kehidupan dan
kematian.[6]
2.3. Hubungan
Manusia Dengan Dunia Yang Tersembunyi
Pikiran
yang mendasari konsepsi Atoni dalam respek ini adalah bahwa manusia tergantung
pada Uis Neno dan roh-roh serta
kekuatan-kekuatan yang tersembunyi. Itu bukan dunia yang sangat lain tetapi
dunia yang selalu dan senantiasa terarah kepada manusia untuk dikenal dan
diakui oleh manusia Timor Dawan. Karena di dalam roh-roh dan kekuatan-kekuatan
yang tersembunyi hadirlah dewa tertinggi yang memberikan kemampuan kepada
semuanya itu untuk berekspresi menurut cara masing-masing. Semuanya itu
membentuk kesatuan dan terikat langsung dengan dewa tertinggi. Kesatuan itu
mentransendensikan dunia manusia dan di dalamnya manusia bergantung. Dari
kesadaran akan ketergantungannya, manusia Dawan menyadari diri sebagai Homo religiousu (manusia religius).
Dunia
yang tersembunyi bukan bersifat supernatural dalam pengertian bahwa itu beraksi
menghadapi aturan normal eksistensi manusia, tapi sebaliknya aturan dunia
masyarakat Dawan mempunyai akarnya dalam dunia yang tersembunyi. Itulah
sebabnya mengapa pelaksanaan suatu ritus merupakan poin utama.
Uis Neno, roh-roh dan kekuatan-kekuatan
yang tersembunyi selalu mengontrol tingkah laku manusia. Masyarakat Timor Dawan
sadar bahwa bahaya selalu tersembunyi di dalam semua sisi realitas
kehidupannya. Dengan kesadaran itu masyarakat Dawan percaya bahwa
kekuatan-kekuatan itu selalu melampaui kekuatan manusia. Berhadapan dengan
realitas ini, masyarakat Dawan dituntut untuk selalu dan senantiasa menjalin
hubungan baik dengan kekuatan-kekuatan itu yang terealisasi dalam penyembahan
berupa sajian-sajian khusus.[7]
2.3.1. Peasan-Pesan dari Alam
Pandangan-pandangan
manusia Dawan tentang manifestasi dari dewa-dewi, leluhur dan kekuatan-kekuatan
magis lainnya dibentuk berdasarkan kejelian masyarakat Dawan untuk membaca dan
mengerti setiap tanda atau simbol alam yang trjadi dalam hubungan dengan sebuah
rencana atau pelaksanaan sebuah rencana. Tanda-tanda seperti dalam rupa bintang,
kicauan burung atau pengalaman terantuk dalam perjalanan, mendorong setiap
pribadi manusia Dawan untuk mencari maksud atau pesan yang dibawa oleh anda
tersebut.
Tanda-tanda
alamiah yang meminta perhatian khusus adalah seekor lalat yang hinggap pada isi
kelewang atau parang, itu berarti bahwa pemiliknya harus memikirkan kembali
rencana atau keikutsertaannya dalam sebuah peperangan. Seandainya hal itu tidak
dihiraukan akibatnya akan fatal yakni membawah kematian.
Tanda
lain yang berhubungan dengan pengukuhan religius magis yaitu bunyi tokek di
dalam rumah ketika salah seorang pihak orang tua membicarakan sebuah aspek
kehidupan. Orang percaya bahwa kata-kata dan dukungan para leluhur hanya bisa
dimengerti atas cara demikian. Bertalian dengan persetujuan dewa dan para
leluhur, ada kebiasaan memperhatikan salah satu bagian dari usus ayam atau
bagian hati dari babi. Ini bertujuan untuk menemukan petunjuk tentang apa yang
sudah diputuskan.
Tanda-tanda
di atas mengandung nilai religius yang sangat mempengaruhi perkembangan iman
kepercayaan masyarakat Dawan. Bagi masyarakat Dawan alam sekitar adalah bagian
yang terpisahkan dari hidup dan mati mereka. Atas cara demikian, alam juga
sering memberitakan sebuah kabar sekaligus undangan bagi manusia untuk
meneliti atau merefleksi diri dalam
hubungannya dengan dunia kematian.
III. Kesimpulan
Tuhan
orang Timor adalah satu, yakni Uis Neno. Diyakini bahwa Dia-lah pemberi
segala sesuatu yang berhubungan dengan dunia. Ada dua wujud Uis Neno yakni Uis Neno Mnanu
dan Uis Neno Pala’. Keduanya saling
kerja sama. Uis Neno Mnanu adalah
TuhanTertinggi, sementara Uis Neno Pala’ adalah
Tuhan yang berkuasa di dunia. Kuasa Uis
Neno Pala’ diberikan oleh Uis Neno
Mnanu dengan tujuan agar Ia mengontrol dunia dari ketidakadilan.
Diyakini bahwa Tuhan orang Timor
memanifestasikan Diri-Nya melalui segala realitas kehidupan manusia. Misalnya
melalui alam, burung, dll. Di sini orang Timor
dituntut untuk membaca setiap kejadian realitas dan merenungkannnya, sebab
melalui hal tersebut mau disampaikan sesuatu berkaitan dengan kehidupan. Inila
wujud Tuhan orang Timor . Namun setalah para
misionaris Serikat Sabda Allah (SVD) memperkenalkan Tuhan orang Kristen, di
situlah terjadi proses pemberian nama kepada Tuhan orang Timor .
Bahwa Tuhan orang Timor adalah hampir sama
dengan Tuhan orang Kristen. Atas dasar konsep ini, penyebaran Injil di wilayah
Timor cukup berkembang pesat karena mudah diterima.
[1]
Rahmat Subagya Agama Asli Indonesi (Jakarta:
Yayasan Cipta Loka Caraka, 1981), hlm. 2.
[2] Atetus
artinya yang membangkitkan; Amnit artinya melimpahkan keadilan.
Dengan kata lain Ia menyalurkan keadilan dan memberikan kesejahteraan bagi
manusia.
[3]
Andreas Tefe Sawu Di Bawah Naungan Gunung
Mutis; Pandangan-Pandamgam Religius
Orang Dawan di Timor Barat (Ende: Nusa Indah, 2004), hlm 120.
[4]
H.G Schulte Nordholt Sistem Politik Atoni
Timor (judul asli: The Political System of
the Atoni of Timor), diterjemahkan oleh Wilfridus Silab (Den Haag:
Verhandelingen Van Het Koninklijk Istitut Voor Tall, Land En Volkenkunde,
1971), hlm. 201-206.
[5] Andreas Tefa Sawu Di Bawah Naungan …, hlm. 14.
[6] Andreas Tefa Sawu Di Bawah Naungan …, hlm. 105-109.
[7] H.G Schulte Nordholt Sistem Politik …, hlm. 215-219.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar