Jumat, 01 Juni 2012

Paham Allah dalam Masyarakat Dawan (by: juventz Ofm Konventual)





I.       Pengantar

      Manusia pada dasarnya hidup dan terikat oleh sesuatu yang berada di luar dirinya. Sesuatu yang berada di luar dirinya itu dilihat sebagai kekuatan utama dalam realitas manusia. Pengenalan akan kekuatan itu lahir dari intuisi manusia yang dialami dalam realitas manusia itu sendiri. Dalam perkembangan selanjutnya manusia memberi nama kepada kekuatan itu berdasarkan latar belakang budaya di mana manusia tinggal, hidup dalam kebersamaan.
Manusia yang berpikir pada dasarnya menyadari dirinya bahwa dirinya terbatas dan lemah. Untuk mengatasi kelemahan dan keterbatasan tersebut perhatiannya terarah kepada alam yang lain. Keterarahan kepada alam yang lain itu merupakan perwujudan cita-cita menuju keutuhan, kesempurnanaa, dan kebahagiaan. Cara manusia untuk mencapai cita-cita tersebut berbeda-beda pada setiap orang atau sekelompok orang.[1]
            Sebagaimana kelompok-kelompok lainnya, Orang Dawan mempunyai cara tersendiri untuk mencapai suatu cita-cita menuju hidup aman, damai, bahagia, adil, makmur dan sejahtera. Salah satu cara untuk mewujudkan cita-cita tersebut adalah dengan menjalin relasi dengan Yang Adikodrati. Penghayatan religius ini mendorong mereka untuk berpikir tentang adanya Allah sebagai pengarah hidup menuju kebahagiaan.
            Proses pengenalan Orang Dawan tentang Allah cukup menarik bagi penulis sebagai salah satu putra daerah. Oleh karena itu penulis ingin mengetahui lebih dalam bagaimana pengenalan akan Allah yang dihidupi oleh para leluhur Orang Dawan sehingga hal itu bisa dapat diambil hikmahnya.

II.                Paham Allah dalam Masyarakat Timor (Dawan)
            Ada beberapa aspek di sini berkaitan dengan pandangan masyarakat tradissoanal Dawan tentang Ketuhanan dan leluhur yang merupakan sumber religiositas dan kepercayaan mereka.

2.1.      Matahari: Dewa Mahakuasa
            Dewa Matahari dikenal sebagai penguasa langit dan hari. Etnis Dawan mempunyai pandangan bahwa nama dewa-dewi terutama dewa tertinggi tidak boleh disebut atau disapa dengan nama yang asli. Karena itu dewa ertinggi dan mahakuasadiberikan nama yang tidak lain adalah sebuah atribut Uis Neno. Kata Uis berasal dari kata Usif  yang berarti raja, tuan, dan dewa. Kata Neno artinya matahari, langit, hari. Uis Neno bersinar atau berapi-api seperti matahari yang merentangkan naungannya kepada seluruh umat manusia. Ia menyebabkan penampakan di permukaan bumi untuk berubah dalam pergantian musim. Ia menyediakan bagi manusia suatu lahan, memberi padi dan jagung serta menjaga ksuburan tanah. Uis Neno juga disebut sebagai Atetus, Amnit.[2] Uis Neno adalah suatu realitas yang sangat jauh, suci, keramat. Karena suci, mahatinggi dan keramat maka masyarakat Dawan memberi penghormatan dan sembah. Menurut pemahaman orang Timor bahwa Allah mereka adalah Allah yang tidak berwajah dan tidak bernama, tapi mempunyai kekuatan dan kekuasaan atas manusia. Atas dasar ini orang Timor tidak mempunyai tradisi patung sebagai idola mereka.
            Kepercayaan manusia begitu kuat bahwa matahari dan bulan serta bintang-bintang adalah dewa-dewi tertinggi, tetapi yang paling berkuasa adalah matahari. Menurut cara pikir orang Timor, matahari termasuk dalam kategori jantan sedangkan bulan dan bintang dikategorikan sebagai betina. Bulan adalah istri dari matahari dan bintang-bintang adalah adik lelakinya. Penciptaan terjadi karena adanya hubungan intim antara matahari dengan bulan. Keduanya suci dan karena itu keduanya dihormati dan disembah.
            Dewa-dewi orang Timor tidak hanya disembah dengan pemberian sesajian melainkan juga dengan pujian dan syukur. Alasanya karena dengan demikian para dewa-dewi akan memberkati dan melindungi manusia dalam bentuk pemberian hujan dan sinar matahari, kesuburan dalam hidup berkeluarga dan pekerjaan, kesehatan dan keberhasilan serta bimbingan.
            Ada dua bentuk Uis Neno yaitu Uis Neno Mnanu (yang tinggi) dan Uis Neno Pala (dewa langit yang lebih rendah). Keduanya mempunyai satu kesatuan yang terpisahkan. Kesatuan itu tampak dalam menjalankan tugas. Uis Neno Pala menjalankan tugas perutusan yang diberikan oleh Uis Neno Mnanu yakni mlindungi bumi serta segala isinya. Kekuatan yang dimiliki oleh Uis Neno Pala adalah berasal dari Uis Neno Mnanu.
            Dalam budaya masyarakat Dawan  diwajibkan kepada setiap keluarga memiliki tiang altar yang bercabang tiga (trisula). Pertama tiang yang berukuran panjang dan tinggi yang ditanam ke dalam tanah adalah Uis Neno Mnanu yang melambangkan satu kesatuan antara makluk yang hidup di langit, di bumi dan di dalam perut bumi. Ketiganya dilambangkan dalam batang tiang yang ditanam ke dalam tanah. Kedua, tiang yang menjadi pemalang (gaya salib) adalah Uis Neno Pala yang melambangkan hubungan antara makluk hidup di dunia yang tentunya diikat oleh hubungan dengan Uis Neno Mnanu.[3]     
            Pokok yang mendasari pembedaan Uis Neno ke dalam wujud-wujud yang berbeda adalah pengakuan orang Dawan terhadap kenyataan Uis Neno adalah sangat jauh sekaligus dekat. Tugas Uis Neno Pala adalah penghantar doa-doa kepada Uis Neno Mnanu yakni dewa langit yang tertinggi.[4]
            Masyarakat Dawan percaya akan satu Tuhan yang memanifestasikan diri-Nya dalam berbagai dewa lain dengan tujuan untuk menguasai dan menjaga kehidupan manusia dan dunia. Uis Neno adalah Ama Akubelan Ma Abal-bal (Bapa Yang Mahatinggi dan Kekal). Masyarakat Dawan yakin bahwa dalam realitas kehidupannya selalu dikelilingi oleh roh-roh dan kekuatan-kekuatan yang tak kelihatan. Sebagai akibat dari pengalaman itu mereka sering berkontak dengan roh-roh tersebut. Walaupun demikian, masyarakat Dawan tetap percaya akan adanya Uis Neno sebagai dewa tertinggi yang menduduki posisi sentral. Dia adalah penguasa tunggal.[5]

2.2.      Atribut-Atribut Uis Neno
             Sebagaimana suku bangsa lain, demikian juga  hal yang sama terdapat dalam masyarakat Timor yang memiliki dewa teringgi yang disebut Uis Neno. Namun nama Uis Neno sendiri adalah sebuah atribut yang digunakan untuk menyebut nama tertinggi dewa mereka. Bangsa ini mempunyai tradisi lain yakni tidak membiasakan diri untuk menyebut dewa tertinggi dengan nama yang asli melainkan selalu menggunakan berbagai aribut.

  • Apinat ma Aklahat
Artinya “yang menyala dan membara”. Keduanya menunjuk kepada sifat dari matahari yang adalah dewa tertinggi. Apinat berarti “yang menyala, bersinar, bercahaya”  sedangkan Aklahat merupakan peningkatan dari Apinat artinya “yang membara dan menghanguskan”. Dewa matahari adalah dewa pertama  yang menyala, bercahaya, menyinari, menghangatkan, menyenangkan, lalu membara dan menghanguskan dan akhirnya bisa terjadi kebakaran yang menyebabkan kematian.

  • Amoet ma Apakaet
Artinya “mencipta dan membentuk”. Dia-lah yang mempunyai untuk mencipta segala sesuatu. Dia-lah pemberi tubuh jasmani, kemampuan rohani dan intelektual untuk bisa hidup dan berkembang sebagai makluk yang sehat. Masyarakat Dawan yakin bahwa Uis neno adalah perencana dan pelaksana pencipta yang tiada tandingannya di dunia. Karena itu, ciptaan-Nya tetap suci dan Dia-lah pemilik sesungguhnya.

  • Alikin ma apean
Artinya “yang membuka jalan dan yang menghantar kepada kehidupan”. Di sini orang Dawan mengakui fungsi dewa matahari sebagai orangtua yang memelihara benih kehidupan hingga dilahirkan ke dunia.

  • Afinit ma Anesit
Artinya “yang melampaui dan melebihi segala sesuatu dalam ukuran tinggi dan isi”. Afinit artinya lebih panjang dan lebih tinggi. Sedangkan Anesit juga memiliki pengertian “lebih” yakni lebih banyak, lebih besar. Keduanya mempunyai pengertian mengatasi dan melampaui segala sesuatu. Uis Neno adalah dewa tertinggi, yang menciptakan dirinya sendiri dan berada di atas segala sesuatu.

  • Ahaot ma Afatis
Atribut ini dikenakan kepada Uis Neno untuk mengungkapkan fungsi kebapaan dan keibuan. Ahaot berarti dia yang memberi makan dan minum secara jasmani; yang bertanggung jawab untuk pemenuhan kebutuhan jasmani. Sedangkan Afatis menunjuk kepada intensivitas kepedulian dewa tertinggi kepada manusia baik dalam hal jasmani, rohani ataupun hal batiniah.

  • Ane’ot ma Amafot
Artinya “pelindung, pemberi arah, pemberi berkat dan rahmat”. Marahari sebagai dewa tertinggi dapat memberi atau menahan sinarnya kepada manusia, yang berarti bisa membawah berkat dan kehidupan, kutukan, kematian dan kegelapan. Berpedoman pada dasar kepercayaan tradisional orang Dawan inilah maka dewa tertinggi memberi kepada manusia kebaikan dan kejahatan, terang dan gelap, kehidupan dan kematian.[6]

2.3.      Hubungan Manusia Dengan Dunia Yang Tersembunyi
Pikiran yang mendasari konsepsi Atoni dalam respek ini adalah bahwa manusia tergantung pada Uis Neno dan roh-roh serta kekuatan-kekuatan yang tersembunyi. Itu bukan dunia yang sangat lain tetapi dunia yang selalu dan senantiasa terarah kepada manusia untuk dikenal dan diakui oleh manusia Timor Dawan. Karena di dalam roh-roh dan kekuatan-kekuatan yang tersembunyi hadirlah dewa tertinggi yang memberikan kemampuan kepada semuanya itu untuk berekspresi menurut cara masing-masing. Semuanya itu membentuk kesatuan dan terikat langsung dengan dewa tertinggi. Kesatuan itu mentransendensikan dunia manusia dan di dalamnya manusia bergantung. Dari kesadaran akan ketergantungannya, manusia Dawan menyadari diri sebagai Homo religiousu (manusia religius).
Dunia yang tersembunyi bukan bersifat supernatural dalam pengertian bahwa itu beraksi menghadapi aturan normal eksistensi manusia, tapi sebaliknya aturan dunia masyarakat Dawan mempunyai akarnya dalam dunia yang tersembunyi. Itulah sebabnya mengapa pelaksanaan suatu ritus merupakan poin utama.
Uis Neno, roh-roh dan kekuatan-kekuatan yang tersembunyi selalu mengontrol tingkah laku manusia. Masyarakat Timor Dawan sadar bahwa bahaya selalu tersembunyi di dalam semua sisi realitas kehidupannya. Dengan kesadaran itu masyarakat Dawan percaya bahwa kekuatan-kekuatan itu selalu melampaui kekuatan manusia. Berhadapan dengan realitas ini, masyarakat Dawan dituntut untuk selalu dan senantiasa menjalin hubungan baik dengan kekuatan-kekuatan itu yang terealisasi dalam penyembahan berupa sajian-sajian khusus.[7]

2.3.1.      Peasan-Pesan dari Alam
Pandangan-pandangan manusia Dawan tentang manifestasi dari dewa-dewi, leluhur dan kekuatan-kekuatan magis lainnya dibentuk berdasarkan kejelian masyarakat Dawan untuk membaca dan mengerti setiap tanda atau simbol alam yang trjadi dalam hubungan dengan sebuah rencana atau pelaksanaan sebuah rencana. Tanda-tanda seperti dalam rupa bintang, kicauan burung atau pengalaman terantuk dalam perjalanan, mendorong setiap pribadi manusia Dawan untuk mencari maksud atau pesan yang dibawa oleh anda tersebut.
Tanda-tanda alamiah yang meminta perhatian khusus adalah seekor lalat yang hinggap pada isi kelewang atau parang, itu berarti bahwa pemiliknya harus memikirkan kembali rencana atau keikutsertaannya dalam sebuah peperangan. Seandainya hal itu tidak dihiraukan akibatnya akan fatal yakni membawah kematian.
Tanda lain yang berhubungan dengan pengukuhan religius magis yaitu bunyi tokek di dalam rumah ketika salah seorang pihak orang tua membicarakan sebuah aspek kehidupan. Orang percaya bahwa kata-kata dan dukungan para leluhur hanya bisa dimengerti atas cara demikian. Bertalian dengan persetujuan dewa dan para leluhur, ada kebiasaan memperhatikan salah satu bagian dari usus ayam atau bagian hati dari babi. Ini bertujuan untuk menemukan petunjuk tentang apa yang sudah diputuskan.
Tanda-tanda di atas mengandung nilai religius yang sangat mempengaruhi perkembangan iman kepercayaan masyarakat Dawan. Bagi masyarakat Dawan alam sekitar adalah bagian yang terpisahkan dari hidup dan mati mereka. Atas cara demikian, alam juga sering memberitakan sebuah kabar sekaligus undangan bagi manusia untuk meneliti  atau merefleksi diri dalam hubungannya dengan dunia kematian.

III.       Kesimpulan
            Tuhan orang Timor adalah satu, yakni Uis Neno. Diyakini bahwa Dia-lah pemberi segala sesuatu yang berhubungan dengan dunia. Ada dua wujud Uis Neno yakni Uis Neno Mnanu dan Uis Neno Pala’. Keduanya saling kerja sama. Uis Neno Mnanu adalah TuhanTertinggi, sementara Uis Neno Pala’ adalah Tuhan yang berkuasa di dunia. Kuasa Uis Neno Pala’ diberikan oleh Uis Neno Mnanu dengan tujuan agar Ia mengontrol dunia dari ketidakadilan.
             Diyakini bahwa Tuhan orang Timor memanifestasikan Diri-Nya melalui segala realitas kehidupan manusia. Misalnya melalui alam, burung, dll. Di sini orang Timor dituntut untuk membaca setiap kejadian realitas dan merenungkannnya, sebab melalui hal tersebut mau disampaikan sesuatu berkaitan dengan kehidupan. Inila wujud Tuhan orang Timor. Namun setalah para misionaris Serikat Sabda Allah (SVD) memperkenalkan Tuhan orang Kristen, di situlah terjadi proses pemberian nama kepada Tuhan orang Timor. Bahwa Tuhan orang Timor adalah hampir sama dengan Tuhan orang Kristen. Atas dasar konsep ini, penyebaran Injil di wilayah Timor cukup berkembang pesat karena mudah diterima.
           


[1] Rahmat Subagya Agama Asli Indonesi (Jakarta: Yayasan Cipta Loka Caraka, 1981), hlm. 2.
[2]  Atetus artinya yang membangkitkan;  Amnit artinya melimpahkan keadilan. Dengan kata lain Ia menyalurkan keadilan dan memberikan kesejahteraan bagi manusia.
[3] Andreas Tefe Sawu Di Bawah Naungan Gunung Mutis; Pandangan-Pandamgam Religius Orang Dawan di Timor Barat (Ende: Nusa Indah, 2004), hlm 120.
[4] H.G Schulte Nordholt Sistem Politik Atoni Timor (judul asli: The Political System of  the Atoni of Timor), diterjemahkan oleh Wilfridus Silab (Den Haag: Verhandelingen Van Het Koninklijk Istitut Voor Tall, Land En Volkenkunde, 1971), hlm. 201-206.
[5]  Andreas Tefa Sawu Di Bawah Naungan …, hlm. 14.
[6]  Andreas Tefa Sawu Di Bawah Naungan …, hlm. 105-109.
[7]  H.G Schulte Nordholt Sistem Politik …, hlm. 215-219.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar